Skip to main content

Uji Mikrobiologi Gula dan Tepung : Dasar Teori

Produk karbohidrat seperti gula dan tepung  merupakan bahan makanan kering yang sering terkontaminasi oleh mikroba, karena kondisi pengepakan maupun penyimpanan pada umumnya kurang higienis. Gula dan tepung sering mengandung bakteri termofilik (bakteri yang tumbuh pada suhu 40-60oC atau lebih). Selain itu kapang dan khamir juga dapat menyebabkan kerusakan pada produk berkadar gula tinggi. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme adalah temperatur. Setiap organisme memiliki suhu optimum pertumbuhan, waktu regenerasi akan meningkat pada setiap kenaikan atau penurunan suhu dari suhu optimum. Kontrol suhu merupakan salah satu metode pengawetan makanan yang paling utama dalam penghambatan mikroba.



Produk makanan yang banyak mengandung gula maupun tepung sering terdapat mikroba yang tumbuh, seperti pada sirup terdiri dari jenis : (1) Spora penyebab kebusukan asam (spora flat sour), misalnya Bacillus coagulans tumbuh pada produk makanan asam PH kurang dari 4.5, sedangkan yang tumbuh pada produk berasam rendah PH 4-4.5 adalah B.stearothermopillus, (2) spora bakteri anaerobik, mikroba yang dapat tumbuh pada makanan seperti Clostridium pasteurianum dan Clostridium thermosaccharolyticum , dan (3) spora bakteri anaerobik penyebab kebusukan sulfida, yaitu yang memproduksi H2S, misalnya Clostridium nigrificans dan yang bersifat anaerobik fakultatif misalnya B.betanigrificans.

Kontaminasi bakteri thermofilik pada produk-produk karbohidrat dapat menimbulkan masalah terutama jika produk tersebut digunakan untuk bahan dasar pengolahan makanan kaleng.

Dasar Teori

Pada Uji mikrobiologi tepung dan gula, dilakukan dua jenis uji, yaitu uji spora penyebab busuk asam dan uji spora anaerobic termofilik. Tujuan dari kedua uji tersebut adalah untuk mengetahui apakah ada mikroba pembentuk spora busuk asam dan mikroba anaerob termofilik pada produk tepung dan gula. Produk tepung dan gula merupakan produk kering yang memiliki Aw yang rendah, tetapi produk ini sering terkontaminasi oleh mikroba.

Hal tersebut dikarenakan kondisi, pengepakan, penyimpanan yang kurang higienis. Mikroba yang sering tumbuh pada produk ini terdiri dari spora penyebab busuk asam (spora flat sour), spora bakteri anaerobik dan spora bakteri anaerobik termofilik. Spora bakteri termofilik adalah bakteri yang tumbuh pada suhu 400C – 600C atau lebih, dan pada umumnya tergolong jenis Bacillus dan Clostridium.

Uji Spora Penyebab Bentuk Asam

Pada uji spora penyebab bentuk asam sampel bahan yang digunakan yaitu, tepung dan gula. Tepung terigu merupakan bubuk halus yang berasal dari gandum, dan digunakan sebagai bahan dasar pangan seperti kue, roti, mie, dan lain-lain. Tepung terigu memiliki zat pati yang banyak, yaitu karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air (Herudiyanto, 2006). Sedangkan gula adalah karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi. Gula digunakan untuk mengubah rasa pada makanan atau minuman menjadi manis. (Wikipedia, 2014).

Jika dalam sampel gula, suspensi gula dicampur dengan larfis dan dipanaskan di dalam waterbath, lalu kemudian dipipet dan dituangkan media, sedangkan dalam sampel tepung, suspensi tepung dicampur dengan larfis,kemudian dipipet dan dimasukkan ke dalam media baru dipanaskan kedalam waterbath. Hal tersebut dikarenakan sampel tepung merupakan sumber pati, karena apabila tepung ditambahkan larfis, dipanaskan dan ditambahkan ke media, makan akan mengental atau membentuk gel.

Mikroorganisme seperti bakteri, kapang dan khamir dapat tumbuh didalam suatu produk dikarenakan oleh beberapa hal yang mendukung untuk pertumbuhannya, seperti nutrisi, pH, Aw (derajat air bebas), dan suhu. Menurut C.C Nurwitri (2012), menjelaskan bahwa beberapa jenis mikroba akan memproduksi enzim ekstrak seluler yang dapat menghidrolisis molekul- molekul kompleks seperti karbohidrat, protein, dan lemak menjadi bentuk yang sederhana seperti gula, alkohol, asam lemak, dan asam amino dan menggunakannya untuk keperluan sel mereka. Oleh sebab itu, produk tepung dan gula rentan ditumbuhi oleh spora pembentuk busuk asam. Karena, mikroorganisme seperti bakteri pembusuk asam dapat menghidrolisis karbohidrat yang terdapat pada gula dan tepung menjadi asam atau alkohol yang dapat digunakan untuk sel mereka.

Uji Spora Anaerob Termofilik Uji Spora Penyebab Bentuk Asam

Produk tepung dan gula sering mengandung bakteri termofilik, yaitu bakteri yang tumbuh pada suhu 40 derajatC - 60 derajatC. contoh bakteri termofilik yaitu, Bacillus dan Clostridium. Pada pengujian ini digunakan media NB (Nutrien Broth) yang berguna untuk menumbuhkan bakteri pembentukspora, kemudian ditambahkan suspensi dari gula/tepung, dan dituangkan media NA (Nutrien Agar) di lapisan atas larutan. Yang berguna untuk menciptakan kondisi anaerob (tidak ada oksigen), serta mengetahui adanya aktivitas dari bakteri anaerob termofilik.

ada dan Seadanya

Terimakasih!

Comments

Popular posts from this blog

KRISTALIZER: Pengertian Kristalisasi Beserta Contohnya

Kristalisasi merupakan teknik pemisahan kimia antara bahan padat-cair, di mana terjadi perpindahan massa (mass transfer) dari suat zat terlarut(solute) dari cairan larutan ke fase kristal padat. Pemisahan secara kristalisasi dilakukan untuk memisahkan zat padat dari larutannya dengan jalan menguapkan pelarutnya. Zat padat tersebut dalam keadaan lewat jenuh akan bentuk kristal. Kristal kristal dapat terbentuk bila uap dari partikel yang sedang mengalami sublimasi menjadi dingin. Selama proses kristalisasi, hanya partikel murni yang akan mengkristal. Pemisahan dengan teknik kristalisasi ini, didasari atas pelepasan pelarut dari zat terlarutnya dalam sebuah campuran homogeen atau larutan, sehingga terbentuk kristal dari zat terlarutnya. Proses ini adalah salah satu teknik pemisahan padat-cair yang sangat penting dalam industri, karena dapat menghasilkan kemurnian produk hingga 100%. Kristalisasi empat macam, yaitu : ·         Kristalisasi penguapan Kristalisasi penguapan dilaku

Pembuatan Asam Sulfat Dengan Bilik Timbal

• Penjelasan Proses Asam sulfat merupakan asam kuat. Asam ini mempunyai derajat keasaman kurang dari tujuh (pH < 7). Asam kuat dalam kehidupan sehari-hari disebut air aki. Dalam industri, asam sulfat dapt dibuat dengan dua cara yakni proses kontak dan proses bilik timbal. Berikut adalah proses bilik timbal. • Reaksi Kimia - 2 SO2 + O2 + NO + NO2 + H2O →2 HNOSO4 (asam nitrosil) - 2 HNOSO4 + H2O→2 H2SO4 + NO + NO2 • Katalis Gas NO dan NO2. • Tahap-tahap Proses Pembuatan dan Reaksi Gas SO2, NO, NO2, dan uap air dialirkan ke dalam ruang yang bagian dalamnya dilapisi Pb (timbal). Gas SO2 hasil pemanggangan dialirkan ke dalam menara glover bersama asam nitrat. Dalam hal ini asam nitrat diurai menjadi NO dan NO2. Campuran gas tersebut dialirkan ke dalam bilik timbal bersama-sama udara dan uap air hingga terjadi reaksi. Reaksi: 2 SO2 + O2 + NO + NO2 + H2O →2 HNOSO4 (asam nitrosil) Asam nitrosil (HNOSO4) bereaksi dengan H2O membentuk asam sulfat (H2SO4). Reaksi: 2

Contoh Proposal Penelitian Ilmiah : Pengaruh Limbah Plastik Terhadap Lingkungan dan Pengolahannya

A. Latar Belakang Hampir setiap orang pasti tidak akan terlepas dari yang namanya bahan plastik dalam aktivitasnya sehari-hari. Memang plastik telah menjadi komponen penting dalam kehidupan modern saat ini dan peranannya telah menggantikan kayu dan logam mengingat kelebihan yang dimilikinya antara lain ringan dan kuat, tahan terhadap korosi, transparan dan mudah diwarnai, serta sifat insulasinya yang cukup baik. Sifat-sifat bahan plastik inilah yang membuatnya sulit tergantikan dengan bahan lainnya untuk berbagai aplikasi khususnya dalam kehidupan sehari-hari mulai dari kemasan makanan, alat-alat rumah tangga, mainan anak, elektronik sampai dengan komponen otomotif. Peningkatan penggunaan bahan plastik ini mengakibatkan peningkatan produksi sampah plastik dari tahun ke tahun. Sebagai gambaran konsumsi plastik di Indonesia mencapai 10 kg perkapita pertahun, sehingga dapat diprediksikan sebesar itulah sampah plastik yang dihasilkan. Seperti telah kita ketahui bersama bahwa plastik